Viral Kisah Misteri KKN Desa Penari Tahapan Ke Enam (6)

Nur masih mencoba menahan diri, ia masih tidak bereaksi mendengar Bima di tuduh seperti itu oleh Anton. Namun, seketika emosi Nur tak terbendung saat Anton mengatakan itu. Trus di atas sesajen itu, aku menemukan foto teman mu, Widya apa si Bima mau melet temanmu ya.

"Kamu kalo gak percaya ayo sini ikut, tak tunjukan kalau aku tidak pernah berbohong" mendengar Anton menantang seperti itu, saat itu juga Nur langsung mengikuti Anton yang tengah berjalan menuju tempat mereka menginap.

Seketika Nur tidak bisa berbicara apa - apa saat melihat itu di depan mata kepalanya sendiri, seperti Nur ingin menghantam kepala Bima saat itu juga. Ia tidak pernah tahu, Bima segila itu, teman sepondok pesantren nya jadi seperti ini, alasan kenapa aku berani ngajak kamu ke sini karena aku tahu, si Bima dan Ayu sekarang pasti garap prokernya di kebun ubi, bukan masalah apa - apa sih, tapi sebenarnya aku takut, setiap malam aku dengar suara perempuan di sini.

Ucapan Anton yang terakhir, membuat Ayu tidak dapat berbicara lagi, saat ia, termenung sendiri, entah kenapa insting Nur, mengatakan ada yang di sembunyikan oleh temannya. "Siapa yang ada di kamar dengan Bima?" "itu masalahnya" setiap tak tungguin, tak ada yang keluar dari kamarnya" Nur, tiba - tiba mendekati almari, ia merasa mendengar sesuatu di sana. Tepat ketika almari itu terbuka, Nur dan Anton tersentak kaget saat melihat, ada ular di dalamnya.

Ular itu berwarna hijau, kemudian lenyap setelah melewati jendela posyandu. Anton dan Nur hanya saling menatap satu sama lain, tidak hal lagi yang harus mereka bicarakan. Semenjak saat itu, Nur selalu mengawasi Bima, bahkan ketika akhirnya Pak Prabu tiba - tiba mengatakan bahwa mereka semua akan tinggal satu atap, meski terpisah dengan sekat.

Dari situ juga, Nur jadi lebih tahu, Bima sering kali mengawasi Widya tanpa sepengetahuan siapapun yang paling tidak bisa Nur lupakan adalah, saat itu bertanya perihal kenapa ia melihat Bima jarang solat lagi. Bima seolah berdulih, tidak ada alasan kenapa ia harus mengatakan pada orang saat lagi beribadah.

Meski Bima selalu bisa membalik pertanyaan Nur, ia tahu, Bima berbohong puncaknya, ketika itu, sore hari, baru saja Nur selesai solat ashar di dalam kamar, tiba - tiba ia mendengar suara bising dari samping kamar, Nur pun beranjak mencari sumber suara.

Manakala ketika ia mencari, ia melihat Bima sedang menabur sesuatu dimana di tempat Widya biasa duduk. Nur, yang selalu membersihkan bunga - bungaan itu, aneh, namun kelakuan Bima semakin membuat Nur penasaran. Namun, masalah tidak berhenti di Bima saja, melainkan sahabatnya Widya.

Setelah maghrib, Nur pergi ke dapur untuk minum, saat ia melihat Widya menatapnya, wajahnya kaget dan bingung melihat Nur, "kenapa Wid?" tanya Nur yang juga kaget dan bingung. Mata mereka saling bertemu, namun, hanya untuk saling mengamati satu sama lain. Ketika Nur mendekati Widya, tiba - tiba Widya berlari ke kamar, lalu kembali menemui Nur, matanya tampak seperti baru saja melihat setan.

"Ada apa sih sebenarnya?" tanya Nur. Nur melihat tangan Widya sampai gemetaran, Nur tidak tahu, kenapa Widya menjadi seperti ini, sampai pertanyaan Ayu, membuat Nur terhenyak dan menyadari semua anak - anak berkumpul di sana. "Ramai sekali, ada apa sih?" tanya Ayu. "Tidak tahu, anak ini, diam saja di ajak ngomong dari tadi".

"Kenapa Wid?" tanya Wahyu yang mendekati. "Tanganmu kok sampai gemetar begini, ada apa?" kata Anton tidak kalah penasaran, "Nur ambilkan air minum gitu loh, kok malah diam saja" kaget mendengar suara teguran Anton, Nur lalu mengambil teko air, dan memberikannya pada Widya. Disini hal mengerikan itu terjadi.

Ketika Widya meneguk air dari teko yang sama dengan teko yang Nur minum tadi, tiba - tiba Widya berhenti meneguknya, membiarkan air itu berhenti di dalam mulutnya, lantas Widya kemudian memasukan jemarinya ke dalam mulut, dan dari sana, keluar berhelai - helai rambut hitam panjang.

Nur dan yang lainnya terperangah manakala Widya menarik sulur rambut itu dengan tangannya, tidak ada yang bisa berkomentar, lalu Widya memeriksa isi teko, di sana semua orang melihat, di dalamnya, ada segumpal rambut hitam panjang di dalamnya.

Insiden itu membuat Widya memuntahkan isi perutnya, di tengah ketegangan itu, Anton tiba - tiba berucap "Wid, ada yang ngincar kamu ya, kalau kata kakekku, bila tiba - keluar rambut entah darimana, biasanya kalau tidak di santet ya di incar setan".

Ucapan Anton, membuat suasana semakin tidak kondusif, di tengah kepanikan itu tiba - tiba Nur teringat dengan sosok penari yang ia lihat, " Wid, apa penari itu masih mengikuti kami, soalnya dari kemarin, aku belum pernah melihatnya lagi" ucapan spontan Nur, membuat semua orang mengerutkan dahi, sehingga Nur akhirnya diam.

Setelah kejadian itu, Nur merasa bersalah, sehingga ia mencoba menjauhi Widya, di sini, tanpa sengaja juga, Nur mendengar suara seseorang yang tengah berteriak satu sama lain, Nur terdiam ternya ia sedang mendengarkan, suara itu berasal dari Ayu dan Bima, untuk apa mereka berkelahi ada satu kalimat yang paling di ingat oleh Nur adalah kalimat ketika Bima mengatakan "dimana mahkota putih yang aku serahkan sama kamu, aku kan sudah menyuruh kamu untuk memberikannya kepada Widya!!

Nur tidak memahami maksud mahkota putih itu, namun Nur mengerti, ada sesuatu diantara mereka semenjak kejadian itu. Nur merasa firasatnya semakin buruk, dimulai dari suara berbisik warga. Banyak warga yang mengeluhkan bahwa proker Ayu dan Bima adalah proker yang paling banyak di tentang, namun Nur belum paham alasan kenapa di tentang, sampai Anton memberi tahu,

"temanmu si Bima, dia mau buat rumah bibit di jalan tapak tilas, tentu saja banyak yang gak terima, itu tempat di keramatkan" Nur belum masih mengerti maksud Anton. Tapak tilas itu tempat apa, kok sampai dilarang, kan bagus proker mereka untuk kemajuan desa ini, ucap Nur. Ya aku mana tahu, pokoknya dilarang.

"Dimana sih tempatnya, kok aku gak tahu, kamu bisa antarkan aku ke sana?" ucap Nur penasaran. "Lha, matamu, gila aja, Pak Prabu sendiri melarang masuk ke sana, itu tempat langsung ke hutan belantara" namun, Nur masih penasaran, sehingga ia tetap bersikeras mau kesana, jadi ia bertanya kepada Anton meski dengan mengatakan bahwa ia bertanya untuk menghindari tempat itu.

Anton, setuju. Ia memberitahu letak tempat itu berada, yang ternyata adalah lereng bukit dengan satu jalan setapak ke atas, di sampingnya adalah memang perkebunan ubi tempat Bima dan Ayu melaksanakan proker, namun, sore itu, 2 anak itu tidak ada disana entah kemana.

Setelah selesai memberi tahu. Anton mengajak pergi dari sana, namun Nur mengatakan sore ini ada janji tamu dengan Pak Prabu, jadi jalan mereka akan berpisah disini, meski awalnya Anton curiga, namun akhirnya ia percaya dan pergi.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam