Viral Kisah Misteri KKN Desa Penari Tahapan Ke Tiga (3)


Semua anak sudah berkumpul, dan Ayu menunjukan proposal proker mana saja yang sudah disetujui Pak Prabu, dimana Ayu membagi menjadi 3 kelompok, terlepas dari 1 proker kelompok Widya dengan Wahyu, Nur dengan Anton, sementara Bima dengan Ayu. Semua anak sepakat, tidak satupun dari mereka yang mau berkomentar, mengingat, Ayu yang paling berjasa sehingga bisa mendapatkan tempat KKN tanpa campur tangan pihak kampus.

Lusa, adalah awal dari persiapan proker mereka. Sore datang, ketika Nur baru saja selesai merapikan barangnya untuk persiapan proker kelompok, Widya masuk ke kamar. "Nur, mandi yuk?" Dimana?" tanya Nur, "Di bilik sebelahnya sungai, ada sebuah bilik kecil, tahu kan yang bangunannya kaya kolam itu loh". 

Nur, tidak menjawab. Namun setelah memikirkan bahwa ia belum membasuh badannya sejak pertama kali datang ke sini, ia pun setuju. Dengan syarat, Nur mau menjadi yang pertama kali mandi.
Setelah melewati Sinden, Nur sudah merasakan perasaan tak nyaman, Sinden itu terdiri dari anak tangga yang di susun dengan batu bata merah, tampaknya bangunannya sudah tampak tua, ada air jernih di dalamnya, namun, Nur tidak pernah melihat ada orang yang mau menggunakan air itu.
Selain itu, fokus Nur tentu pada bentuk yang menyerupai candi kecil di belakangnya, dan di pelataran candi, ada sesajen hal yang sudah lumrah di tempat itu dan untungnya saja Nur tidak melihat adanya gangguan saat ia mengamati Sinden itu.

Sampailah mereka di bilik, yang di belakangnya ada pohon besar, pohonnya rindang dengan rimbun semak di samping bilik, Widya memberitahu Nur, bila didalamnya ada kendi besar yang sudah di isi oleh warga dari sungai dan memang untuk mandi anak - anak KKN.

Baru masuk, Nur langsung mencium bau aroma amis, seperti aroma daging busuk, namun Nur mencoba mengerti, mengingat biliknya sendiri tidak terlihat seperti kamar mandi yang bersih, lantainya dari tanah, sedangkan kiri - kanan dipenuhi lumut, jadi Nur mencoba memaklumi.

Dia pun segera membasuh badannya dengan air di dalam kendi, namun, ada perasaan aneh ketika air membilas badannya, dia merasa seperti ada benda kecil, yang mengganjal saat bersentuhan dengan kulit Nu. Ketika di perhatikan dengan seksama apa yang ada di dalam kendi, air itu di penuhi dengan rambut.

Nur kaget, ia membaca kalimat Istighfar secara terus - menerus, sembari ia beringsut mundur, ia mencoba memanggil Widya, namun aneh, tidak ada jawaban apapun dari Widya. Nur, dengan berselimut handuk, mencoba membuka pintu bilik, namun, pintu seperti di tahan oleh orang yang ada di luar. "Wid, buka! Wid bukak!!" teriak Nur sembari menggedor pintu anyam bambu itu.

Namun, tetap tidak ada jawaban apapun dari Widya, sampai Nur menyadari di belakangnya, ada sosok hitam itu, besar sekali, sampai menyentuh langit bilik. Nur pun hanya bisa memejamkan mata nya se rapat - rapat mungkin.

Yang pertama ia lakukan adalah membaca kalimat Istighfar kencang - kencang sembari tangannya mencari batu di tanah bilik, ketika tangannya berhasil meraih batu, Nur melemparkan kuat - kuat batu itu sambil mengucapkan doa - doa yang diajarkan gurunya bila bertemu lelembut, sampai sosok itu lenyap.

Butuh waktu untuk Nur menenangkan diri, ia tahu ia sudah di incar namun ada sedikit pertanyaan juga kenapa ia di incar? Bahkan bila karena ia secara tidak sengaja melihat itu. Seharusnya bukan hanya Nur yang sial tetapi sama juga dengan makhluk itu.

Tiba - tiba pintu terbuka, dimana Widya melihat Nur dengan ekspresi ganjil. "Kenapa Wid? "He?" "Gak papa kok" ucap Widya saat itu. "Ayo mandi, biar aku yang jaga, cepat ya, sudah mau malam". Awalnya Widya tampak ragu, ia seperti mau mengurungkan niatnya, tidak hanya itu, Widya seperti mau mengatakan sesuatu namun kemudian mengurungkan nya, ia kemudian menutup pintu bilik.

Ketika Nur berjaga di luar, ia sayup mendengar suara orang berkidung, penasaran, Nur mulai mencari sumber suara dan berakhir pada gemah dari dalam bilik. Takut hal buruk terjadi, Nur mencoba memanggil Widya menyuruhnya agar ia cepat menyelesaikannya, namun, Widya tidak menjawab teriakannya, suara kidung itu, malah terdengar lagi semakin keras.

Dari samping belakang, ada semak belukar, Nur mencoba melempar batu dari sana, namun ia terperanjat saat tahu, di belakang bilik ada sesaji, lengkap dengan bau kemenyan di bakar.

Nur mencoba mengabaikannya, tetap berusaha memanggil sahabatnya, sampai dari salah satu celah, ia melihat yang di dalam bilik, bukan Widya, namun sosok cantik jelita, siapa lagi bila bukan, si penari yang Nur lihat di malam kedatangannya di desa ini.

Wanita cantik itu, membasuh badannya dengan anggun, sembari berkidung dengan suara yang membuat Nur tidak tahu harus berujar apa. Dimana Widya, pikir Nur, ia tidak bisa menemukan sahabatnya, tidak tahu? Tidak dimanapun ia mencona melihat.

Sampai, sosok itu tersenyum seolah tahu, Nur melihatnya. Lalu, ia bergerak menuju pintu, membukanya, dan saat itulah Nur melihat Widya keluar dengan wajah kebingungan, selama di perjalanan pulang Widya mencoba mengajak bicara Nur, namun, Nur tidak merespon ucapan Widya, ia memikirkan apa yang baru saja ia lihat bukan hal kebetulan semata. Seolah sebuah pesan kesan apa?

Widya dalam bahaya, atau, dirinya yang sedang dalam bahaya. Malam setelah sholat Isya, Nur berpamitan sama Ayu dan Widya, ia ingin menemui Pak Prabu, untuk pengajuan proposal prokernya bersama Anton.

Ayu sempat bertanya pada Nur, apakah Anton menemani, namun Nur mengatakan bisa sendiri, meski Ayu menawarkan diri namun Nur menolaknya ada hal yang mau diluruskan, bukan prokernya, namun apa yang sebenarnya terjadi di sini, pastinya Pak Prabu tahu sesuatu. Setidaknya itu asumsi Nur.

Dan ia merasa harus bertemu beliau malam ini, seakan - akan ada membisikannya bahwa ia harus pergi ke rumah Pak Prabu. Benar saja, Pak Prabu duduk di teras rumah, seakan - akan beliau memang menunggunya. Namun, ada sosok lain yang duduk bersamanya, seorang lelaki renta, ia duduk sembari menghisap bakau lintingan, dan ketika Nur datang, si lelaki tua tersenyum seperti mengenalnya.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam