Seputar Cerita Horor Hantu Itu Ada "Rumah Sakit Gaib"

Bagaimana mungkin aku bisa nyampe ke sini? Rumah sakit itu penuh dengan orang - orang asing. Wajah mereka nampak pucat pasi. Dokter dan perawatnya pun sepertinya cuek dan kurang peduli terhadap pasiennya. Benar - benar tempat yang aneh.

***************

Sore itu, kami tiga sekawan sedang mengadakan acara reunian, untuk menyambut kedatangan seseorang yang pulang kampung setelah hampir 6 tahun merantau.

Namaku Alan, sementara kedua sohibku biasa di panggil Bagong dan Sifit (karena matanya yang mirip orang Cina). Kami sedari kecil memang bersahabat. Selain sama - sama bandel, kami juga mempunyai kebiasaan yang sama, yaitu doyan mabok (jangan kalian tiru ya!). Malam itu bagong dan sifit menjemputku di rumah. Karena motorku lagi di perbaiki, maka kami berboncengan bertiga.

Namanya anak muda, reunian kali ini juga kami berencana pesta miras. Kami memilih salah satu cafe untuk tempat acara dan minum sepuasnya sampe teler. Setelah selesai acara, kami kembali berboncengan. Aku yang nyetir. Awalnya aku masih kontrol meskipun dalam kondisi keadaan mabok. Hingga akhirnya motor yang membawa kami selip lalu oleng dan menabrak pohon tua di pinggir jalan. Entah apa yang terjadi waktu itu karena saat itu juga aku pingsan. Tau - tau aku sudah berada di sebuah Rumah Sakit dengan balutan di kepala.

Bagong dan Sifit? Mereka berdua kemana? Aku sendiri kurang tau, karena setiap kali aku mau mengangkat kepala, rasa pening menderaku. Kamar tempatku dirawat terdapat 4 ranjang pasien, termasuk yang aku pake. Yang 1 kosong, sementara yang 3 lainnya terisi. Tiap ranjang hanya dipisahkan dengan sehelai hordeng berukuran sekitar 2 meteran. Jadi aku tidak pernah tau dan mengenal siapa pasien di sebelahku. Yang aku dengar cuman hanya sekedar suaranya, seperti orang mendengkur. Penerangan di kamar pasien itu kurang begitu terang. Tidak seperti kamar - kamar di rumah sakit pada umumnya.

KREeeeT...!

Terdengar suara pintu berdecit. Aku palingkan muka melihat siapa yang datang. Ternyata seorang suster cantik. Kuperhatikan, suster itu menuju ke salah satu pasien paling pojok. Entah apa yang dilakukannya, karena pandanganku terhalang oleh kain hordeng.

Tak lama kemudian suster itu keluar kamar, dan beberapa menit kemudian kembali lagi dengan 2 orang suster lainnya sembari membawa keranda mayat. Jantungku berdesir hebat. Aku ketakutan! Ngeri! Karena baru kali ini aku melihat orang meninggal di Rumah Sakit, ditambah lagi dengan sekamar denganku.

Suster itu membawa mayat pasien itu keluar. Sekujur badannya di tutupi dengan kain penutup mayat, hanya kepalanya saja yang dibiarkan terbuka. Aku terus memperhatikan. Saat mayat pasien itu di dorong tepat didepanku, tiba - tiba mayat itu seperti membuka matanya dan melotot ke arahku. Aku kaget bukan kepalang. Ketakutan menghimpitku. Aku kucek - kucek kedua mataku, berharap itu hanya sekedar halusinasi, mengingat aku masih dalam keadaan mabok. Syukurlah, begitu kulihat lagi, mayat itu ternyata masih dalam keadaan posisi semula dan tak pernah menengok ke arahku.

"Sus! Suster! Kemana kedua temanku? Dan apa nama rumah sakit ini? Sudah berapa lama saya ada di rumah sakit ini suster?", buru - buru aku memborong dengan beberapa pertanyaan sekaligus menanyakan keberadaan Bagong dan Sifit sebelum suster - suster itu meninggalkan kamar.

"Mereka ada di kamar lain. Kalian sudah semalaman berada di sini. Kamu jangan coba - coba keluar dari kamar karena kondisimu masih belum membaik!", jawab suster pertama dengan mimik muka dingin. Aku mengangguk - ngangguk menandakan bahwa aku mengerti.

Karena suntuk dan bosan terus - terusan berbaring, akhirnya aku berusaha beranjak dari ranjang dengan menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Penasaran, aku menggibaskan hordeng pasien sebelah. Keadaan pasien itu sungguh mengenaskan. Mukanya penuh luka, sebagian hidungnya terlihat tulang dan kulitnya entah kemana, mungkin mencium aspal saat dalam keadaan kecelakaan. Sementara cairan infusnya juga bercampur darah. Apa dia koma? Pikirku disaat itu.

"Kenapa dengan wajahmu bung?", aku bertanya. Tapi pasien itu tetap diam tak bersuara. Aku mengerutkan kening, lalu berjalan menuju jendela kaca. Aku melihat suasana diluar ruangan. Yang terlihat hanyalah kegelapan. Aku tak melihat adanya cahaya penerangan lampu diluar sana. Mungkin masih malam, hiburku dalam hati.

Aku mencoba mengingat kejadian awal saat kecelakaan malam itu, tapi gagal. Memori daya ingat otakku seakan - akan hilang. Tiba - tiba bulu kudukku meremang, telingaku mendengar suara yang memanggil - manggil namaku.

"Alaaannn.... Alaaannnn...!!! Keluar kamu! Keluar dari rumah sakit ini....!!".

Beberapa kali aku mendengarnya. Aku memberanikan diri untuk mencari dari mana asal suara itu. Sepertinya dari luar kamar. Perlahan tanpa menghiraukan rasa sakit, aku nekad melanggar aturan suster cantik itu. Aku harus meninggalkan rumah sakit ini. Anehnya, rumah sakit ini sangat terlihat sepi saat aku melewati lorong - lorong koridor.

Kulirik tiap bangsal, memang terdapat seorang pasien. Tapi di mataku pasien - pasien tersebut seperti sederetan orang mati. Prasaanku mulai kacau. Aku ketakutan luar biasa. Dalam benakku saat itu, aku harus pergi dari tempat ini. Langkahku semakin cepat, aku berusaha mencari pintu keluar, karena tak ada seorangpun yang bisa kutemui untuk sekedar bertanya. Seperti berada di ruang kaca, aku sama sekali tidak menemukan pintu yang kumaksud. Aku selalu kembali di koridor yang sama, selalu begitu seterusnya. Sedikit bernafas lega, begitu aku melihat ada dokter jaga yang keluar dari pintu lift. Aku yakin dia adalah dokter yang mengenakan seragamnya. Dengan tertatih, aku menghampiri dokter tersebut.

"Dok, maaf! Pintu keluar sebelah mana ya?", tanyaku memberanikan diri. Dokter itu hanya diam, tanpa sedikitpun menengok ke arahku.

"Dok!", sapaku sekali lagi, mungkin saja dia tadi gak mendengar. Beruntung, kali ini dokter itu mendengarnya. Lalu pelan - pelan ia menoleh ke arahku.

ASTAGA...!!! Wajah dokter itu sangatlah menakutkan. Kulitnya terkelupas seperti bekas yang terbakar. Biji bola matanya yang kanan keluar dari kelopaknya. Kepalanya mengeluarkan darah serta nanah yang baunya anyir dan amis.

Nafasku tersenggal terasa di ujung, jantungku berdegup kencang, keringat dinginpun menetes. Tanpa sadar aku berteriak lalu lari sekuat tenaga. Entah kemana aku menuju. Saat tiba diujung koridor, pemandangan mengerikan kembali terjadi. Suster cantik yang ada di kamarku tadi kini berubah menjadi sesosok perempuan yang sangat menakutkan. Rambutnya tergerai panjang hingga sebatas punggung. Separuh wajahnya membusul, baju yang dikenakannya bukan lagi baju seragam suster, tapi sudah menjadi kain putih lusuh yang penuh darah dan kakinya tak menapak ke lantai.

Kepalaku semakin pening, darahku seakan berhenti. Sendi - sendi tulangku kaku tak dapat digerakkan karena dari bawah selangkanganku, terlihat suster lain yang sedang ngesot sambil tangannya bergrlayut di antara kedua pahaku. Sementara dari sudut koridor lain, keranda mayat melaju sendiri tanpa didorong oleh siapapun. Aku berteriak histeris, aku kalap, aku betul - betul ketakutan luar biasa, hingga aku tak sadarkan diri. Gelap!.

*************

Entah berapa lama aku pingsan. Ketika sadar, aku tak lagi berada di rumah sakit, melainkan aku berada di pemakaman umum yang terkenal keangkerannya. Bagong dan Sifit masih tergeletak pingsan disampingku, tubuh mereka penuh dengan luka. Motor yang kami pakai ringsek tepat dibawah pohon tua.

Berarti aku membawa motor itu masuk ke sebuah makam lalu menabrak pohon? Mungkinkah mereka juga mengalami hal yang sama dengan yang tadi aku alami? Lalu, sudah berapa hari aku tak sadarkan diri? Bahkan aku tak bisa mengingatnya.

Setelah mereka sadar, akhirnya kamipun bercerita. Bagong dan Sifit juga ternyata pernah singgah di rumah sakit itu dan mengalami kejadian yang sama seperti yang aku alami. Sampai saat ini tumah sakit itu masih menjadi sebuah misteri bagi kami. Bisa jadi itu adalah Rumah Sakit gaib!.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam