Seputar Cerita Horor Hantu Itu Ada "Tukang Ketoprak"

Sebuah Cerita Misteri Seorang Ketoprak

Cerita kali ini saya dapat dari seorang teman. Dia mempunyai langganan ketoprak, atau kalau di sini disebut tahu tek - tek. Nama penjualnya itu sebut saja Mas Dwi. Mas Dwi selalu berjualan dari kampung ke kampung, tak jarang juga melewati tanah kosong maupun pemakaman. Ini merupakan kisah paling berkesan bagi beliau saat awal jualan di daerah itu.

Malam itu dagangan Mas Dwi belum habis terjual. Mungkin karena nanggung juga kalau mau pulang, akhirnya Mas Dwi melanjutkan jualannya itu. Mas Dwi memang sudah lama berniat untuk berjualan lebih jauh, tapi selama ini memang selalu habis sebelum sempat melanjutkan ke lokasi baru.

"Sekalian mau nyoba ke kampung sebelah ah!", pikir Mas Dwi, sembari mendorong gerobaknya pelan - pelan.

Glodak ..... Glodak ..... Suara gerobak Mas Dwi saat melewati jalan yang aspalnya tak rata. Sesekali ditahan nya gerobak itu agar tak oleng. Mas Dwi kemudian memeriksa barang dagangannya, takutnya ada yang tumpah atau terjatuh. Saat sibuk memeriksa, tiba - tiba ada yang menepuk pundaknya dari arah belakang.

"Mas, mau kesana ya?", ujar seorang bapak - bapak berambut gondrong yang menghampiri Mas Dwi dari belakang, yang membuat Mas Dwi juga terkejut.

"Iya pak!", jawab Mas Dwi. Dia sempat bergetar melihat perawakan pria tersebut. Rambutnya gondrong dan ditangannya banyak tato, mirip seperti preman.

"Ayo Mas, bareng saya saja!", ujar orang itu menawarkan ajakan yang di rasa cukup menakutkan bagi Mas Dwi.

"Boleh pak .....", kata - kata itu keluar begitu saja, padahal hatinya takut. Takut di todong atau di rampok. Pokoknya galau total.

Sudah beberapa meter, namun bapak gondrong itu tidak berbicara sepatah kata pun. Sedari tadi orang itu hanya celingukan seolah seperti sedang mencari sesuatu. Mas Dwi makin takut.

"Mas, setelah ini, kalau ada yang memanggil, jangan dilihat atau di balas ya! Dibiarkan saja mas!", bapak itu tiba - tiba berkata demikian.

"Memangnya kenapa pak? Kok begitu?", tanya Mas Dwi heran.

"Nanti saja saya jelaskan kalau sudah sampai di ujung jalan", jawab bapak itu.

Tanpa terasa mereka melewati gapura, dan mereka disambut pepohonan di kiri dan kanan jalan. 

"Pak, maaf ......", kata Mas Dwi. Namun di tahan oleh bapak itu, "Ssstt....!". Sebelum Mas Dwi paham maksudnya, tiba - tiba ada suara yang terdengar entah dari arah mana.

"Pak, beli tahu tek - tek nya pak!", suara wanita.

Mas Dwi refleks mencari asal suara itu, tapi tiba - tiba pundaknya di cengkram bapak gondrong itu. Bapak itu memberi kode agar Mas Dwi mengabaikan suara itu. Karena takut diapa - apakan bapak itu, Mas Dwi terpaksa menuruti kata - kata Pak gondrong itu.

"Pak! Beli tahu! Waduh, kok jalan terus sih? Pak balik sini! Saya mau beli tahu tek - tek nya!", suara wanita itu tetap terdengar nyaring padahal sudah beberapa meter dari lokasi awal.

"Pak! Bapak tuli ya? Bapak yang satunya juga pura - pura gak dengar! Pak! Saya mau beli tahu tek - teknya!", wanita itu tak kunjung menyerah. Beberapa kali wanita itu mengumpat, tapi bapak gondrong di sebelah nya tetap memberi kode agar mengabaikan suara itu.

"Pak! Tolong berhenti pak! Waduh, bapak ini bodoh ya pak!? Di suruh berhenti kok gak mau? Bapak mau kemana sih? Terburu - buru banget! Jangan begitu pak!", sambung wanita itu.

***************

Mereka pun tiba di gapura desa. Tiba - tiba NGIIING! Telinga Mas Dwi berdenging. Mas Dwi mengusap - usap telinganya.

"Untung saja tadi Mas ikutin saran saya", bapak gondrong itu tersenyum.

"Memangnya apa tadi itu pak?", Mas Dwi galau total.

"Itu tadi jin penunggu tanah kosong itu Mas. Lebih tepatnya jin pemilik rumah kosong di tengah kebun tadi. Wujudnya memang seperti wanita, tapi sangat menyeramkan. Matanya besar seperti piring, taringnya panjang, begitu juga dengan kukunya", pak gondrong itu menarik nafas.

"Kok masih ada yang begituan ya pak?", Mas Dwi seakan tidak percaya dan benar - benar heran.

"Dulu pemilik rumah itu mungkin memakai pesugihan. Walaupun pemiliknya meninggal, jin rumah itu berkeliling di jalanan mencari pedagang untuk diambil uangnya. Seandainya Mas ini tadi menengok atau parahnya menanggapi suara itu, bisa - bisa duit hilang dan Mas juga lihat penampakan jin itu!", tutur bapak itu.

"Lalu bagaimana saya pulangnya nanti?", Mas Dwi jadi pucat.

"Lewat memutar saja Mas. Ada jalan di sebelah utara yang cukup ramai kendaraan walaupun malam", ujar bapak itu sambil berlalu sebelum Mas Dwi mengucapkan terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam