Cerita Horor Terbaru Pengguling Dukun Beranak Yang Ditulis Karya Rahma Bersama Rio Naldo Dan Rama Saputra

Sebuah kisah dukun beranak dari tanah kutai (Tuana Tuha, Kaltim) kolaborasi Rio Naldo dan Rahma

Bagian 1 Tuana Tuha, 1950 .....

Adzan isya baru saja berkumandang beberapa menit yang lalu, namun jalanan setapak di desa ini nampak begitu lenggang. Sahut - sahutan hewan - hewan malam begitu sangat terdengar begitu nyaring ditelinga.

Crassss....crass.....cras....!! Bara semakin mempercepat langkah kakinya, mengingat sang istri dirumah sedang kesakitan merasakan sesuatu yang mendesak dibagian perut hingga ke bawah. Sebelum berangkat tadi, ia sudah menyaksikan sesuatu yang berwarna merah mengalir hingga ke lutut istrinya.

"Sepertinya ibu akan melahirkan adek, kak! Cepat panggil Mbo Nur ...., kayanya adek sudah tidak tahan lagi" kata - kata itu terus saja terngiang di telinga Bara. Hingga tak ia sadari, sepasang mata sedari tadi terus memperhatikannya dari kejauhan.

********************

Sementara itu diwaktu yang bersamaan juga; "Mbo Nor!!... Oh Mbo Nor!!.

Tok tok tok!!

"Mbo Nor!?"

"Iya sebentar!", Terdengar sahutan dari sebuah dalam gubuk. Suara derit pintu terdengar sayup, tampaknya seseorang membukakan pintu dari dalam.

"Huwaa....., Astaga, Mbok, saya kaget sekali. Saya kira tadi hantu!" Bara hampir saja terjengkang karena kaget.

"Hehee.... maaf, Nak Bara. Tadi saya baru selesai solat isya, buru - buru mau bukain pintu. Jadi saya belum sempat lepas mukena, hehee!" Mbok Nor terkekeh, dengan mata sedikit melotot karena senang sudah membuat bara kaget.

"Mbok cepetan, Mbok ke rumah saya. Tolongin istri saya, Mbok ....... Sepertinya dia mau melahirkan!" Bara langsung menjelaskan maksud kedatangannya.

Tanpa menjawab terlebih dahulu, Mbok Nor langsung kembali masuk ke dalam gubuknya. Sesaat kemudian Mbok Nor sudah kembali berdiri di depan pintu gubuk dengan beberapa peralatan yang sudah biasa ia bawa sebagai seorang pengguling dukun beranak kampung.

"Yoo Bar cepat! Kasihan binimu, takutnya ada apa - apa!" Bara menjawabnya hanya dengan sebuah anggukkan.

Di tengah perjalanan ..........

"Apa ngrajje Bara lammet kali jelan yo? Aneh kali! Seharusnya beencam ie jelan mung memang bininya hanek brenak. Ah, tuanya situ, lohay kiranya ieu habis bluncat magil aku tadi". (Kenapa si Bara jalannya pelan sekali ya? Aneh! Seharusnya dia jalan buru - buru kalau memang istrinya akan melahirkan. Ah, sudahlah, mungkin dia lelah sehabis berlari menemuiku tadi).

Mbok Nor hanya bermonolog di dalam hati, sedari tadi ia merasa seperti ada yang aneh dengan sosok didepannya itu. Seperti bukan Bara tapi orang lain, meski perasaan aneh itu Mbok Nor tepis.

Di sisi lain, Bara yang sedari rumahnya sudah sangat kepanikan kini semakin menjadi ketika mendapati Mbok Nor tidak ada di gubuknya, saat tadi ditanya dengan Pak Darman suami dari Mbok Nor ia malah mendengar sesuatu yang membingungkan.

"Loh Bar, bukannya Mbok mu tadi sudah pergi ke rumah kamu, katanya istrimu mau melahirkan, kan kamu sendiri tadi yang menjemput". Akhirnya Bara memutuskan untuk kembali saja ke rumahnya. Berharap nanti sampai di rumah, Mbok Nor sudah datang duluan.

Ditengah perjalanan pulang, Bara dikagetkan oleh suara seperti ada orang lain yang berjalan di belakangnya. Ia lantas mempercepat langkah, namun langkah kaki dibelakang pun semakin cepat pula.

Ketika ia melambat, langkah kaki di belakang juga ikut melambat. Karena penasaran, walau hati gemetaran, Bara mencoba untuk memantapkan hati melihat ke arah langkah yang mengikutinya itu.

"Bismillahirohma Nirrohim" Bara perlahan menoleh ke belakang, melihat siapa yang berjalan mengikutinya tadi.

"Hwaaah!" lelaki itu memegangi dada yang terasa sangat berdebar. "Ya Allah Mbok, saya kirain siapa!" Bara setengah berteriak namun sosok yang ditegur diam saja.

"Mbok, kebetulan ketemu Mbok di sini. Ayo Mbok, cepat ke rumah saya! Istri saya mau melahirkan".

"Tolong, Mbok!" Bara terus mencerocos dengan nada yang seperti gemetar tanpa menunggu jawaban dari lawannya bicaranya.

Entah apa yang ada dipikiran Bara saat itu. Mungkin karena terlalu memikirkan keselamatan istri dan bayinya, hingga ia memilih abal akan keganjilan - keganjilan yang terjadi. Entah Bara menyadarinya atau tidak akan hal itu. 

Sementara itu, dipinggiran sungai belayan, sebuah rumah kecil beratap daun rumbia, berdinding nipah, dan berlantai anyaman bambu buluh. Nampak seorang perempuan muda tengah berjuang antara hidup dan mati.

Didepannya duduk kaku sedikit membungkuk seorang perempuan paruh baya, seringai dingin terbentuk dari bibir hitam itu, memperlihatkan sedikit gigi - giginya yang agak menghitam.

Separuh rambut kusam bergelombang menutup bagian wajah depan wanita tua itu, berhasil menyembunyikan dua bola mata dengan tatapan nyalang.

Nyala api dari obor botol kaca diruangan tersebut, membuat mata itu terlihat semakin semerah darah. Lebih malangnya lagi, si perempuan muda yang tengah kesusahan itu tak menyadarinya.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam