Sejarang Tempat Horor Kisah Mistisnya Candi Borobudur Yang Belum Sepenuhnya Kalian Ketahui!

Kisah Mistis Sebuah Tempat Yang Dinamakan Candi Borobudur

Sebelum seperti yang sekarang ini, yang merupakan salah satu tempat wisata alam yang memandang dan sudah diakui oleh banyak orang, tempat ini juga memiliki sebuah cerita mistis yang dimana tempat ini pernah menjadi sebuah lokasi pemberontakan.

Pada masa Sunan Pakubuwono I bertahta di Kartasura, muncul sebuah peristiwa pemberontakan yang dipimpin oleh Ki Mas Dana di daerah Enta - Enta. Sunan memerintahkan Bupati Mataram, Ki Jayawinata untuk memadamkan pemberontakan itu. Namun, balatentaranya kewalahan dan memilih mundur ke Kartasura. Jayawinata melaporkan peristiwa itu kepada Sunan.

Sunan kembali mengutus orang kepercayaannya. Kali ini Bupati Kartasura, Pangeran Pringgalaya yang diperintahkan untuk mengurua pemberontakan itu.

Pertempuran itu kembali terjadi lagi yang bahkan mewaskan hingga banyak korban yang bergelimpangan. Pemberontak berhasil dipadamkan namun, Ki Mas Dana melarikan diri ke Bukit Borobudur Pringgalaya mengejarnya hingga tertangkap dan dibawa ke hadapan Sunan untuk menerima sebuah hukuman yang sangat kejam.

Kisah itu diceritakan dalam Babad Tanah Jawi yang dituliskan pada abad ke-18. Disana nama Borobudur disebut sebagai nama tempat pelarian.

Sejarawan Seni asal Belanda, meyakini Bukit Borobudur adalah Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah. Karena tak ada lokasi lain yang semirip dengan hal itu, ini menjadi menarik karena kisah tentang Borobudur telah banyak berubah sejak masa ke emasannya kala Dinasti Sailendra yang berkuasa.

Awalnya candi ini dibangun untuk tempat beribadah umat Budha. Bahkan sampai sekarang, setelah masa pembangunan candi, Borobudur masih dianggap sebagai candi Budha Mahayana terbesar didunia.

Motif Dibalik Pembangunan Candi Borobudur

Ada beberapa asumsi yang mengenai pembangunan Candi Borobudur setelah pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno yang menaungi pembangunannya, tak lagi melanjutkan pusat kekuasaannya di wilayah yang kini disebut Jawa Tengah. Sejak abad ke-10 rajanya, Mpu Sindok memindahkan kerajaannya ke wilayah Jawa Timur. Ada beberapa pendapat soal kepindahannya.

Arkelog Soekmono, dalam Candi Borobudur menyebutkan bahwa sangat mungkin Candi Borobudur ditinggalkan ketika pusat pemerintahan itu berpindah. Walaupun itu tak pernah benar - benar hilang dari memori masyarakatnya.

"Katanya, Candi Borobudur sudah ditinggalkan oleh penganutnya sejak beberapa abad sebelum candi - candi di Jawa Timur".

Kendati pusat pemerintahan Jawa Tengah meredup setelah tahun 928, Borobudur tak sepenuhnya terabaikan. Buktinya keramik dan koin Tiongkok dari abad ke-11 dan ke-15 ditemukan disana.

Dalam karya Mpu Prapanca itu disebutkan salah satu bangunan suci Budha bernama Budur. Sementara dalam tulisan Thomas Stamford Raffels, disebutkan juga Candi Borobudur terdapat di Distrik Budur.

Dari situ, ahli epigrafi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Titi Surti Nastiti, dalam Reinterpretasi nama Candi Borobudur, termuat di Jurnal Amerta Vol 30 No.1, Juni 2018, menyimpulkan bahwa Budur pada masa Majapahit masih dipergunakan sebagai nama bangunan suci Budha. Candi itu baru benar - benar ditinggalkan sejak penduduk sekitarnya beralih ke Islam pada abad ke-15.

Tan Jing Sing Pembuka Jalan Pertama Ke Candi Borobudur

Keberadaan Borobudur baru terungkap lagi setelah seorang Tionghoa, Tan Jing Sing melaporkan keberadaannya kepada Lethnan Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles pada 1812. Seperti dikisahkan T.S. Werdoyo, salah satu keturunan Tan Jing Sing, dalam biografi Tan Jing Sing.

Pada 1850-an, hanya empat dekade setelah Borobudur disibak dari semak belukar, orang jawa sekali lagi melakukan ritual ditempat itu. Menurut Jhon Mike dalam Borobudur, Golden Tales Of The Buddhas, mereka membakar dupa dan membawa persembahan bunga ke hadapan arca Budha di teras depan dan ke atas arca Budha yang belum selesai dibuat. Mereka memulas patung - patung itu dengan bubuk beras yang secara tradisional dipakai oleh para wanita muda untuk mendan-dani diri mereka.

"Para pengunjung ini datang untuk meminta anugrah, untuk mendapatkan perlindungan dari marabahaya penyakit, untuk meminta berkah setelah pernikahan dan kepentingan domestik lainnya".

Pada Masa Ketika Borobudur Diledakkan

Mitos tentang arca didalam sangkar yang membawa sial, pada masa ini justru sebaliknya. Ada keyakinan kalau salah satu arca di stupa berlubang di teras atas justru membawa keberuntungan bagi siapapun yang bisa menyentuhnya. Masyarakat menyebutnya dengan Kakek Bima, tokoh dalam kisah Pandawa lima dalam epos Hindu.

"Wanita tanpa anak khususnya mengulurkan jari mereka arahnya, percaya bahwa dengan melakukan hal tersebut, mereka telah memuaskan Kakek Bima".

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam