Sebuah Kisah Misteri Yang Konon Katanya Naga Penghuni Danau Toba Kembali Menggeliat

Dalam foklore atau cerita rakyat orang Batak Toba, disebut - sebut Danau Toba dan Tanah Batak di Topang oleh sosok naga yang dikenal dengan sebutan Naga Padoha Ni Aji atau Raja Padoha. Dikisahkan, karena kelakuannya, naga itu ditahan didalam tanah oleh Deak Parujar berkat bantuan Mulajadi Maloyo (pencipta).

Cerita itu bermula ketika Sang Naga mengganggu Deak Parujar (Putri Mulajadi Nabolon) yang tengah menempah daratan diatas Danau Toba. Deak Parujar berniat untuk tinggal didaratan itu, setelah memutuskan tidak lagi menjadi warga kayangan (Banua Ginjang).

Namun upaya itu diganggu oleh Sang Naga yang sebenarnya tak lain adalah suruhan Mulajadi Nabolon. Dia ditugaskan untuk menggagalkan niat Deak Parujar tinggal di bumi (Banua Tonga).

Setiap kali Deak Parujar menimbun danau itu, Sang Naga mengibaskan ekornya sehingga tanah itu berguguran dan larut kedalam air danau. Mendapati upayanya yang selalu gagal, Deak Parujar sedih. Lalu menghadap Mulajadi Nabolon.

Melihat niat Deak Parujar yang bersungguh - sungguh, ingin menempah kehidupan di bumi, Mulajadi Nabolon pun akhirnya menjadi luluh. Ia kemudian mengajarkan cara serta memberikan senjata pamungkas untuk mengatasi naga itu. Namun ada syaratnya, bila nanti "proyek" itu selesai ia harus naik lagi kembali ke Banua Ginjang untuk kembali menjadi warga kayangan.

Dengan senjata itulah akhirnya Deak Parujar berhasil mengikat naga itu dan menempatkannya ke dasar danau didalam tanah. Mulajadi Nabolon kemudian berpesan kepada Sang Naga itu, bahwa sejak itu ia ditugaskan untuk menjaga kehidupan bumi dari kerajaannya didalam tanah (Banua Toru). Itu bukanlah sebuah hukuman, namun sebuah tanggung jawab.

Lama kelamaan usaha Deak Parujar itu berhasil. Ia telah sukses menciptakan sebuah daratan diatas danau yang kemudian kita sebut sebagai Pulau Samosir, yang dianggap menjadi asal muasal seluruh orang Batak.

Untuk menyempurnakan "ciptaan" Deak Parujar itu, Mulajadi Nabolon kembali mengutus seorang pemuda dari kayangan yang bernama Raja Odap - Odap untuk menjadi suaminya.

Singkatnya keduanya pun menikah dan memiliki sepasang anak bernama Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia. Mereka inilah nenek moyang pertama orang Batak yang masih mempunyai hubungan genealogis dengan penghuni kayangan.

Deak Parujar pun tak lupa pada janjinya. Setelah Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia dewasa, Deak Parujar dan Raja Odap - Odap, suaminya, berniat kembali ke kayangan. Keduanya pun pergi ke puncak tertinggi daratan itu yang kemudian kita kenal dengan nama Gunung Pusuk Buhit. Dari sana mereka menanti rombongan penghuni kayangan yang akan menjemput mereka.

Benarlah, tak lama rombongan itu datang beserta Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon membawa dua belah bilah laklak (Pustaka atau Kitab Batak Toba) yang berisi ajaran - ajaran untuk menuntun keturunannya itu di bumi. Pustaka itu diterima oleh Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia untuk dijadikan panduan dan pedoman hidup mereka.

Sementara Naga Padoha yang terikat itu diminta untuk tetap mengawasi kehidupan mereka di bumi. Sekaligus mengingatkan jangan sampai keduanya dan keturunan mereka menyinpang dari ajaran itu. Bila hal itu terjadi, Sang Naga akan menggeliat dan mengibaskan ekornya.

Begitulah setiap kali Sang Naga menggeliat dan mengibaskan ekornya, sekitar kawasan itu akan bergetar dan mengalami guncangan. Nenek orang Batak Toba menyebutnya "Suhul" yang dalam bahasa modern disebut gempa bumi. Bila itu terjadi mereka akan berkumpul untuk mencari tahu siapa diantara mereka yang telah melakukan kesalahan tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam