Cerita Horor Pendaki Gunung "Mesum Di Gunung Membawa Malapetaka" Karya Ayu Rasya Alkahfi

Mesum Di Gunung Membawa Malapetaka

Bismilah berbagi kisah nyata seorang sahabat karib ku bersama pasangannya yang awalnya pada saat itu aku juga ingin sekali ikut bersama mereka tapi sayangnya saya tak mendapatkan izin dari orang tua saya dan begitu juga dari pacar saya. Mohon maaf jika ada kesamaan judul ataupun nama tokoh di dalam cerita ini, hanya sebagai ilustrasi saja karena semua nama, tempat dan gambar disamarkan.

Selamat membaca!!

Part 11

Aku melihat dari kejauhan, mereka berjalan bersamaan dan tubuhnya menembus sebuah pohon rindang. Tubuhku sontak lemas dan jantungku terasa mau putus. Apa aku saja yang melihat ini? Teman - teman yang lain kok biasa saja?

"Astaghfirullah, Allahu Akbar, ada apa ini sebenarnya?"

Hatiku sudah tidak karuan lagi dan aku yakin ada sesuatu yang tidak beres. Aku pun mengajak teman - teman timku segera naik dari pemandian air terjun.

"Ayo cepetan kita naik deh"

"Loh, ada apa Kiya?"

"Perasaanku tidak enak banget, badanku lemas, kepalaku pusing. Kita turun saja yuk!, sepertinya pendakian ini cukup sampai sini saja"

Teman - temanku semua bingung dan bersyukurnya mereka semua mau menuruti permintaanku. Wajahku sudah terlihat pucat dan panas dingin. Aku masih takut mengingat kejadian tadi, apa yang aku lihat sangatlah jelas. Alex dan satu orang pendaki asing berjalan menembus sebuah pohon besar lalu menuju ke tenda kami. Mereka masih memakai baju yang sama, hanya saja wajah mereka terlihat pucat dan tatapan matanya yang kosong. Tak ada sepatah kata yang terdengar diantara mereka.

"Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi?"

Hatiku masih saja berkata - kata karena sungguh tak tenang memikirkan kejadian tersebut. Bagaimana dengan nasib pacarku Alex? Aku mohon maaf Lex karena semua ini kesalahanku.

Dalam hatiku terus berkata - kata, merasa bersalah luar biasa. Aku terus memandangi Alex yang sedang mengobrol dengan salah satu teman pendaki kami. Dan aku mencoba mendekati Ilham, teman pendaki kami juga.

"Ham, kamu melihat keanehan tidak di dalam diri Alex semenjak kejadian tadi malam?" tanya aku.

"Keanehan bagaimana maksudmu Kiy?"

"Ya aneh saja seperti bukan Alex, sikapnya dingin banget Ham. Aku sampai tak berani bicara dengannya. Dia juga hanya memandangku saja, tak menyapaku sama sekali".

"Ah, mungkin perasaan kamu saja kali. Alex masih sama kaya dulu kok. Cuma memang dia cerita agak sedikit kesal sama kamu. Entah kesal kenapa, dia juga tak cerita banyak dengan teman - teman" jawab Ilham.

Ilham pun lalu pergi ke tendanya. Dan aku masuk ke tendaku untuk mengganti baju. Pikiranku melayang dan aku masih bingung, apa karena dia marah sama aku? Tapi, tadi siapa yang aku lihat menembus pohon besar? Itu seperti Alex dan sama persis dengan wajah Alex?

"Hey Kiya ...... bengong saja sih?"

Tiba - tiba pundakku ditampar oleh Niken yaitu sahabatku. Aku terkaget dalam lamunan.

"Ada apa sih Kiy? Kok kayanya wajah kamu bingung banget? Di gunung tuh gak boleh banyak bengong loh, bahaya!".

Ucapan Niken membuatku takut dan merinding.

"Ah, kamu mah suka banget meledekku"

"Serius Kiya" 

Akupun diam sejenak takut akan hal itu terjadi. Aku tak boleh kebanyakan bengong dan aku harus membuang jauh - jauh pikiran buruk ini.

Jam sudah menunjukan pukul 10:00 WIB, kami pun berkumpul di lapangan luas dan merapikan tenda. Kami memutuskan untuk tidak melanjutkan ke puncak karena banyak sekali pertimbangan. Aku berpura - pura sakit dan tak sanggup jika harus naik ke puncak. Padahal aku bukanlah sakit, perasaanku tak tenang dan tak enak sekali.

Kami semua berkumpul dan leader kami mengajukan pertanyaan yang membuatku bingung.

"Kalian benar mau turun? Dan tidak melanjutkan ke pos berikutnya? Padahal hanya butuh 30 menit loh kita sampai di pos atas. Pemandangannya luar biasa indah banget. Di situ ada pos seperti rumah, jadi kita bisa tidur di situ. Dan satu lagi yang gue suka di pos tersebut ada seperti candi yang dikelilingi tebing - tebing tinggi serta ada hamparan luas tumbuhan ilalang, benar - benar indah banget menurut gue. Sumber air pun banyak di pos tersebut".

Hatiku agak tertarik mendengar penjelasannya. Aku memang ingin sekali melihat candi yang pernah diceritakan di media sosial. Aku merasa tertantang dan ingin mengabadikan moment ini di kamera ponselku. Dan akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan pendakian ke pos berikutnya, tidak mencapai puncak karena masih membutuhkan waktu yang cukup lama dan aku tak mau jika lanjut ke puncak gunung tersebut.

Bersambung ..........

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam