Cerita Pengalaman Horor Pendaki Gunung "Pendakian Membawa Malapetaka" Karya Ayu Rasya Alkahfi

Mistery Pendakian Membawa Malapetaka

Penulis: Ayu Rasya Alkahfi
Part 52 & 53

Real Story

Season 2

Kisah nyata yang dialami Kiya usai turun gunung dan usai berpisah dengan kekasihnya untuk selama - lamanya. Bayang - bayang Alex masih saja menghantui Kiya sampai Kiya tidak bisa untuk membuka hati untuk pria lain di usianya yang tak muda lagi. Saksikan terus alur ceritanya sampai ending ya!

Part 52

Tanganku gemetaran dan kaki seakan lemas tak berdaya. Tapi, aku harus yakin pasti bisa. Ini adalah sebagian bentuk usaha terakhirku yang semoga saja berhasil setelah sekian tahun aku melakukan ruqiyah namun tak ada perubahan.

"Majulah neng, yakinlah ada Allah yang menjagamu" ucap Pak Fajar mengusap pundaku.

"Lo harus berani. Gw yakin lo wanita kuat" ucap Bang Sandi.

Kakiku perlahan melangkah walau berat tapi aku harus yakin demi kebaikan dan perubahan dalam hidupku.

"Bismillah, La Haula Wala Kuwwata Illa Billah" 

Aku tak kuasa menatap mata ke depan karena aku semakin merasakan kehadiran Alex, pria yang sangat aku sayangi kini ada di hadapanku. Aku menunduk menahan rasa takut yang luar biasa. Tubuhku mulai menggigil hebat dan kaki serta tangaku kupun gemetaran hebat. Perlahan aku mendekati kamar mandi, dimana ini sebuah tempat keramat dalam sejarah hidupku.

Dalam langkah yang tertatih, aku memejamkan mata sejenak agar dapat merasakan ketenangan dalam jiwaku. Ini adalah sebuah perjuangan luar biasa dalam hidupku, antara hidup dan mati. Tiba - tiba sontak aku kaget, jantungku serasa ingin putus, ada cahaya seperti kilat yang menyambar tepat dihadapanku. Cahaya itu tidak berbunyi seperti kilat, hanya mengeluarkan seberkas cahaya lurus lalu menghilang seketika. Aku menjerit histeris dan menangis sejadi - jadinya. Kakiku tak mampu berdiri tegak, aku bertekuk lutut di depan kamar mandi. Tak ada satu orang pun yang menolongku, sepertinya memang ini harus aku harus hadapi sendiri.

"Ya Allah, aku ikhlas jika nyawaku berakhir disini. Ampuni aku ya Allah".

Hujan deras membasahi seluruh tubuhku dan aku meletakkan kantong plastik ini yang berisi cin - cin dan boneka di depan teras kamar mandi. Lalu tiba - tiba aku mencium aroma itu kembali, ya ini aroma khas parfum yang selalu biasa dipakai kekasihku Alex. Air mataku tak terbendung lagi, benar - benar mengalir hebat.

"Sayang, kamu ada disini ya? Tampakkanlah wujudmu, aku sangat meridukanmu".

Suaraku terbata - bata, dadaku terasa sangat sesak. Aku sangat mencintainya dan aku sangat merindukan melihat senyuman manisnya. Sekian tahun dia pergi meninggalkan hidupku dan separuh jiwaku yang seakan hilang bersamanya.

"Alek, ini aku Kiya mu yang dulu. Apa kamu masih ingat denganku? Aku masih menunggu kehadiranmu, aku rindu canda tawamu lex".

Aku berbicara sendiri layaknya orang gila yang mencium tanah saat hujan deras. Aku tak mampu mengendalikan diriku, kesedihanku sangat amat mendalam. Aroma parfum ini semakin menyengat dan sumbernya tercium dari arah kanan depanku. Aku yakin Alex sedang berdiri di hadapanku sekarang.

"Sayang, maafkan aku, ikhlaskan aku. Izinkan aku untuk merasakan hidup normal kembali tanpa bayang - bayangmu. Percayalah, hatiku tak akan pernah berubah untukmu. Aku akan tetap menjadi Kiya mu selamanya, Kiya yang bawel, yang manja, yang selalu nyebelin. Lepaskan aku dan ikhlaskan aku untuk menjalani kehidupanku yang baru. Semoga kita nanti bisa berjumpa di alam sana. Bisa bersama - sama lagi seperti dulu.

Aku berusaha untuk mengikhlaskan mu sayang, walau batinku terasa hancur berkeping - keping, aku harus bisa melewati ini semua. Bertahun - tahun aku tersiksa, seakan hidup pun memaksa, sering terlintas dalam pikiranku ingin mengakhiri hidup agar bisa bertemu denganmu. Sayangi aku Lex, ikhlaskan aku. Kalau kamu benar - benar menyayangi aku sepenuh jiwamu, kamu harus ikhlas melepasku mulai detik ini. Alam kita sudah berbeda dan yakinlah bahwa kita akan bertemu nanti disurga-Nya Allah.

Air mataku begitu deras tak terbendung lagi. Dadaku terasa semakin sesak, tubuhku lemas tak mampu lagi berlutut. Aku bersujud mencium tanah yang sudah dibanjiri air hujan yang begitu deras. Mataku sudah tak mampu terbuka dan aku tak mampu lagi menahan sesak di dada. Sekejap aku tumbang dan berpasrah diri jika memang ajalku sampai disini.

Part 53

Aku tak tau apa yang terjadi denganku. Rohku seperti rasanya keluar dari jasadku dan aku seperti sedang mimpi dari tidur nyenyakku saat ini.

Dalam mimpi itu, aku sedang berada di sebuah desa. Desa yang sangat asri, bersih dan sejuk. Hamparan gunung yang menjulang tinggi menghiasi pemandangan di desa ini. Aku tak tau sedang apa aku di desa ini. Aku berjalan sendirian di tengah - tengah rumah di desa ini tanpa ada warga yang terlihat. Rumahnya pun banyak yang terbuat dari kayu seperti sebuah rumah di zaman dulu.

Lalu aku duduk seorang diri di sebuah gubuk di pinggir hamparan sawah yang dikelilingi gunung. Baru kali ini aku merasakan indahnya pemandangan dan sejuknya udara. Aku tersenyum lepas menghirup sejuknya udara di sini. Pikiranku tenang sekali melepas beban hidup. Aku memejamkan mata dan menghirup udara asri sambil tersenyum merasakan kesejukan yang luar biasa.

Lalu tiba - tiba dari kejauhan aku melihat ada sosok pria yang mendekatiku. Langkahnya semakin dekat denganku yang sedang duduk di sebuah gubuk pinggir sawah. Pria itu berjalan dari tengah sawah yang memakai kaos putih dan celana panjang hitam. Dari kejauhan seperti aku kenal dengan sosok itu namun penglihatanku tak begitu jelas melihat wajahnya.

Semakin dekat, semakin aku jelas menatap wajah tampannya. Ternyata dia adalah pria yang selalu menemani hari - hariku yaitu Alex. Dia duduk disampingku dan tersenyum kepadaku. Matanya yang sipit dan wajahnya yang bersih mengalihkan pandanganku. Aku memandangnya terus yang membuat hati berbunga - bunga. Aku mencoba untuk bertanya dengan hati yang berdebar - debar.

"Kamu dari mana?", tanyaku.

Lalu dia hanya menunjuk ke arah hamparan sawah dengan senyum manis tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Lalu dia memegang tanganku sambil menatap ke arah sawah yang dikelilingi gunung - gunung yang menjulang tinggi. Aku melihat tangannya menggenggam tanganku yang terlihat putih bersih dan dingin.

"Kamu kenapa? Tanganmu kok dingin sekali?"

Lagi - lagi dia tak menjawab pertanyaanku, dia hanya tersenyum saja dengan tatapan kosong ke arah sawah. Aku tak menghiraukan tingkahnya, aku sudah cukup bahagia merasakan keindahan ini berdua dengannya. Rasanya aku sudah lama sekali tak bertemu dengannya. Aku hanya tersenyum bahagia merasakan genggaman tangannya.

Selang beberapa menit, dia berdiri di hadapanku sedangkan aku masih duduk nyaman di gubuk ini.

"Kamu mau kemana?"

Aku agak panik karea ia berdiri seakan mau pergi meninggalkanku. "Sayang, aku pamit. Kamu jaga diri kamu baik - baik ya disini".

Ucapan yang keluar dari mulutnya yang selama ini aku tunggu - tunggu namun membuatku menangis histeris.

"Loh, kamu mau kemana? Aku ikut"

Dia tetap berjalan cepat meninggalkanku di sebuah gubuk. "Alex, aku ikut. Tunggu aku"

Aku turun dari gubuk dan kakiku melangkah mengikutinya dari belakang. Namun, langkahnya semakin cepat dan jaraknya sudah lumayan semakin jauh dari aku. Tapi, aku tetap mengikuti langkahnya. Aku tak mau jauh darinya. Aku tak mau kehilangannya untuk yang kedua kali. Aku harus ikut dengannya. Kakiku tiba - tiba terpeleset di pinggiran sawah dan terkena duri yang menancap kaki kananku. Aku memanggil Alex dengan suara lantang. "Alex, tunggu aku"

Namun, dia tak menoleh seakan tidak perduli akan teriakan ku. Dia berjalan menuju sebuah desa asri itu dan semakin jauh mataku tak jelas melihat dia berjalan.

"Alex, jangan tinggalkan aku sendiri disini"

Aku duduk menangis di pinggiran sawah, sambil memegang kaki ku yang terasa sakit karena duri itu. Aku melihat untuk yang terakhir, Alex berjalan ke arah pohon besar, seperti pohon beringin. Dan aku kehilangan arahnya lagi, mataku sudah tak bisa melihat keberadaannya. Aku berjalan menyusuri jejak telapak kaki Alex, namun lagi - lagi aku terhenti karena ada se ekor ular yang melintas tepat di depan kakiku. Ular tersebut panjang sekali berwarna hitam pekat. Jantungku terasa mau copot karena hampir menginjak ular tersebut.

Aku melihat gerakan ular tersebut sangat lambat sekali dan tiba - tiba kepalanya menatap ke arahku. Aku sontak lari ke tengah sawah, lari sekencang - kencangnya untuk menghindari ular tersebut. Ketika sampai di tengah - tengah sawah, aku berhenti dan menoleh ke belakang ternyata ular tersebut sudah menghilang entah kemana.

Kini aku berada di tengah - tengah sawah, tak ada satu orangpun yang terlihat. Entah aku harus kemana? Seakan aku kehilangan arah dan aku lanjut berjalan ke tengah sawah lagi mendekati arah gunung berada. Siapa tahu aku bisa ketemu sama orang disana! Sepertinya di sebelah sana terlihat ada beberapa gubuk pasti disana ada petani yang sedang menanam padi.

Aku terus melangkah mengikuti jalan setapak di tengah sawah. Hanya angin yang berhembus sepoi - sepoi menemani langkahku. Lalu, dari kejauhan aku menemukan ujung sawah yang berbatasan dengan kebun warga. Alhamdulilah akhirnya aku menemukan kehidupan. Aku mempercepat langkahku agar cepat sampai ke tempat itu. Aku yakin pasti ada orang disana.

Tiba - tiba dari kejauhan .............

Bersambung ...........

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam