Sepenggal Cerita Horor Kisahku Di Kota Tinggi

Ini Kisah Hororku Yang Pernah Aku Alami

Namaku Wiranata, pada tahun 2017 lalu saya sempat merantau ke Negara Malaysia memberanikan diri untuk niat merubah perekonomian keluargaku. Saya bekerja di perkebunan sawit yang beranggotakan 4 orang. Dengan satu truk yang menemani, awalnya tidak ada masalah atau gangguan mistis sekitar kami meskipun kami hanya 4 orang di kawasan perkebunan itu. 

Jarak ke kampung sekitar 3 kilo untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan lainnya, kami terbiasa pergi ke kampung dimana setiap malam minggu ada pasar malam, kami tidak pernah merasakan takut mungkin ya karena terbiasa dalam kesepian, ouh iya kami ber 4 tidak memiliki pasport karena kami lari dari perusahaan pertama yang kami bekerja resmi tepatnya di negeri 9 istite I.O.I lanjut ke kota tinggi, setelah satu tahun bekerja dengan upah yang setimpal kamipun tambah semangat bekerja disana.

Namun tidak lama itu, salah satu teman kami yang bernama Tony sakit - sakitan yang awal mulanya dari demam biasa hingga badannya merasakan kaku tak bergerak sama sekali dan kami sangat khawatir melihat keadaannya yang semakin hari semakin buruk, dan kami memberitahukan hal itu kepada bos kami untuk memberinya uang untuk mengirimnya pulang ke kampung halamannya di Dompu, Kota Bima, NTB.

Namun karena teman kami ini tidak memiliki pasport, bos kami tidak berani untuk mengirimnya pulang, dan kami tidak tahu harus bagaimana selain merawatnya sembari rutin memberinya obat pemberian bos kami.

Hingga sebulan pun berlalu, Tony tak kunjung juga sembuh. Teman kami mulai mengeluh hingga salah satu teman kami yang namanya Zul, diam - diam pergi begitu saja entah kemana, dan alhasil yang tersisa hanya tinggal kami bertiga, saya, Agus dan Tony yang lagi sedang sakit.

Hingga pertengahan tahun 2019, tepatnya July, teman kami Tony telah meninggal dunia. Kami tidak memberitahukan kepada keluarganya karena bingung harus berkata apa. Lagipula keluarga Tony tidak tahu kami temannya bekerja disana, saya tanya Agus, "gimana Gus nih?". Si Agus cuma bisa geleng - geleng kepala, saya pun juga hanya bisa berkata "yasudah kita kuburin saja di tepi parit dimana tempat itu adalah tempat kebiasaan Tony untuk memancing".

Agus pun setuju, dengan selimut yang biasa di pakai Tony kami jadikan sebagai kain kafannya tanpa memandikan jenazahnya. Kami pun memakamkannya di tepi parit itu. Dan setelah selesai memakamkannya, kami pun berencana untuk pindah bekerja ke tempat lain. Tapi karena kami sudah bekerja 26 hari, kami pun terpaksa harus menunggu tanggal gajian terlebih dahulu sampai bulan baru tanggal 2, itu artinya kami berdua, harus tinggal dulu disana 6 hari.

Malam pun tiba tanpa Zul dan Tony.

Kami berdua hanya bisa ngobrol yang tak tahu arahnya kemana.

Kami tiba - tiba berbincang tentang Tony:

Agus: "Gimana ya kalo Tony gentayangan"
Saya: "Gak mungkin lah masa orang mati bisa hidup lagi"
Agus: "Tapi rasanya kaya gak layak saja caranya dimakamkan" 
Saya: "Gus kita gak tahu cara yang benar itu gimana, jadi mau bagaimana lagi coba. Yang kita lakuin itu sudah yang kita bisa jadi yaudah gak usah di debatkan"

Agus terdiam dan begitu juga dengan saya sendiri.

Sebelum kita beranjak tidur, saya cek handphone terlebih dahulu karena ingin mengetahui sudah pukul berapakah dan jam pun menunjukan pukul 11:27.

Saya bilang ya sudah gus, kita tidur saja. Karena besok kita harus kerja biar gak kelihatan mencurigakan kita mau pindah pekerjaan.

Tiba - tiba saja generator mati dan semuanya terlihat gelap gulita.

Gus cek yuk kayanya minyak jengset abis deh.

Agus, yuk!.

Pas buka pintu, kami berdua melihat adanya sepatu Tony yang biasa ia pakai untuk bekerja pas banget depan pintu yang kita buka. Dengan sontaknya kami banting pintu dan kembali beranjak ke tempat tidur.

Saya: "Gus kamu gak salah lihat kan"
Agus: "Nggak, itu benar sepatunya Tony"
Saya: "Apa iya Tony gentayangan?"
Agus: "Entahlah"
Saya: "Kita pindah saja besok gak usah tunggu tanggal gajian deh"

Agus: "Iya, kayanya Tony mau kita ikut bareng dia"
Saya: "Apaan sih, jangan tambah horor deh"

Agus: "Coba lu perhatiin lewat jendela, bukannya jemuran sebelah kiri kok malah jadi sebelah kanan dan kok bisa ada bajunya Tony, bukannya udah lama Tony gak jemur pakaian".

Dengan hati yang penuh rasa takut, saya gak jawab apapun dan bahkan karena adanya kejadian tersebut, kami berdua rela tidak tidur semalaman karena di hantui arwah Tony.

Tiba - tiba jengsetnya kembali menyala!

Logika

Agus: "Kalo arwahnya si Tony bisa ngidupin jengset, itu artinya dia bisa bunuh kita dengan mudah".

Saya pun makin ketakutan sambil nelen air liur.

Malam itu kami lewati dengan rasa takut sampai kondisi pagipun telah tiba. 

Kami serentak keluar untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi semalam. Anehnya tidak ada yang terlihat sepatu Tony tersimpan rapi di gudang, dan kondisi tali yang semalam kita lihatpun bukan berada di sebelah kanan.

Kami pun pergi ke dapur untuk membuat kopi dan sarapan.

Hingga kemudian bos pun datang.

Membawa orderan kami tiga hari yang lalu.

Dan setelah bos kami pergi, kami pun buru - buru untuk berkemas pindah.

Setelah selesai, kami pun coba untuk menghubungi taxi.

Sambil menunggu, sambil berbincang - bincang, sambil menunggu taxi yang akan menjemput kami.

Sambil ngobrol gak jelas berapa jam taxi tak kunjung juga datang. Bahkan sampai kami ketiduran.

Kami terbangun ketika sore. Cemas, bingung, khawatir udah menyelimuti perasaan.

Aku telpon berkali - kali gak diangkat.

Setelah jam 5 taxi pun menelpon katanya 2 jam lagi akan sampai.

Kami sedikit lega. Tapi harus berangkat malam yang benar - benar kami takutkan.

Ketika jam 7 taxi pun tiba. Kami cepat - cepat naik sembari berkata "cepat pak jalan" bahkan kami ulang - ulang terus - menerus, sampai pak supir tanya "kenapa seperti orang dikejar setan". Agus pun bilang ada hantu pak dia menakuti kami sepanjang malam. Pak supir tertawa terbahak - bahak sambil menoleh ke arah kami ternyata dia adalah arwah Tony dan taxi yang kami naiki bukan taxi melainkan itu hanyalah truk yang biasa kami bawa bekerja.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam