Sejarah Lengkap Berdirinya Kota Majalengka Berdasarkan Legenda Sang Penunggu Nyai Rambut Kasih

Petilasan Nyai Rambut Kasih Di Majalengka

Menurut legenda keramat Nyai Rambut Kasih tidaklah meninggal melainkan menghilang. Dengan itu, di tempat ini tidaklah terdapat sebuah makam Nyai Rambut Kasih melainkan yang ada hanya petilasan saja. Menurut cerita Nyai Rambut Kasih sangat menyukai musik sunda yang di iringi dengan alat musik gamelan.

Nyai Rambut Kasih .Ratu Majalengka Yang Cantik Dan DIakui Sakti Akan Kekuatannya

Nama Nyai Rambut Kasih bagi warga Kabupaten Majalengka kerap dikaitkan dengan sejarah berdirinya daerah tersebut. Nama asli Nyai Rambut Kasih adalah Ratu Ayu Panvidagan. Dia adalah seorang Ratu Majalengka yang cantik rupawan. Sang Ratu pun kerap mengurai rambut panjangnga dalam kesehariannya. Bahkan berdasarkan cerita, kecantikan sang ratu tak ada bandingannya pada zamannya. Tak hanya cantik, dia pun memiliki kesaktian yang luar biasa, sehingga tak seorangpun tak sanggup bisa menatap kemolekan wajah Nyai Rambut Kasih.

Kerajaan yang menjadi pemerintahannya saat itu bernama Sindang Kasih. Konon Kerajaan Sindang Kasih terkenal dengan buah yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Nama buah itu bernama Buah Maja. Nyai Rambut Kasih juga dikenal sebagai sosok ratu yang memerintah negerinya dengan penuh cinta, aman, damai, dan mensejahterakan kehidupan rakyatnya dengan ketulusan tanpa kepentingan apapun.

Nyai Rambut Kasih konon kabarnya masih termasuk keturunan Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran yang sangat terkenal di tatar Sunda. Nyai Rambut Kasih bersaudara dengan Rarasantang, Kian Santang, dan Walasungsang.

Menurut cerita rakyat, awal mula Nyai Rambut Kasih datang ke Majalengka hendak menemui saudaranya di daerah Talaga. Saudaranya bernama Raden Munding Sariageng, suami dari Ratu Mayang Karuna yang waktu itu memerintah di Kerajaan Talaga Manggung.

Di perbatasan Majalengka tepatnya di Talaga, Nyai Rambut Kasih mendengar jika saudaranya sudah masuk Islam. Sehingga dia mengurungkan niatnya untuk menemui saudaranya tadi.

Dia singgah di Sindang Kasih dan membuat pemerintahan dengan daerahnya meliputi Sindang Kasih, Kulur, Kawung Hilir, Cieurih, Cicenang, Cigasong, Babakan Jawa, Munjul, dan Cijati.

Pada masa pemerintahannya, di wilayah Cirebon Tengah dilanda penyakit yang tidak ada obatnya. Sunan Gunung Djati saat itu berusaha untuk bisa mengobati penyakit itu yang diderita oleh rakyatnya. Namun hasilnya nihil. Kemudian Sunan Gunung Djati berdoa kepada Allah agar bisa menemukan obat tersebut. Lalu kemudian, dalam doa itu, Sunan Gunung Djati mendapatkan petunjuk bahwa obat untuk mengobati rakyatnya terdapat di Kerajaan Sindang Kasih berupa pohon Maja.

Kemudian, Kanjeng Sunan memerintahkan putranya Pangeran Muhammad bersama istrinya Siti Armilah bersama sebagian prajuritnya menemui penguasa di Kerajaan Sindang Kasih, yang tak lain adalah Nyai Rambut Kasih. Disamping itu, Pangeran Muhammad diperintahkan pula agar menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut, yang kala itu banyak beragama Hindu.

Dalam pengembaraannya, Pangeran Muhammad bersama istrinya Siti Armilah mendapatkan respon positif dari rakyat Sindang Kasih. Hal itu ditandai dengan banyaknya rakyat yang memeluk agama Islam.

Kabar itu terdengar oleh sang ratu yang membuatnya murka. Kemudian sang ratu memerintahkan prajuritnya untuk mengungkap kebenaran berita tersebut. Setelah diselidiki ternyata memang benar adanya akan berita tersebut. Akan tetapi saat Nyai Rambut Kasih mengetahui sosok Pangeran Muhammad adalah sosok pangeran yang tampan, dia pun tak bisa mengelak akan ketampanannya dan langsung terpana. Hingga akhirnya sang ratu jatuh cinta.

Singkat cerita, kemudian Pangeran Muhammad datang menghadap ke Kerajaan Sindang Kasih dan bertemu dengan Nyai Rambut Kasih. Dia mengutarakan maksudnya yaitu meminta Buah Maja dan mengajaknya untuk memeluk agama Islam.

Namun, permintaan pindah agama ditolak mentah - mentah. Sedangkan buah maja diberikan dengan ketentuan syarat Pangeran Muhammad mau untuk menikahinya. Pangeran Muhammad menyanggupi akan syarat itu, dengan syarat balik, yaitu Nyai Rambut Kasih memeluk Agama Islam dulu.

Menanggapi permintaan itu, ratu menolaknya. Hingga akhirnya terjadilah suatu pertempuran antara Pangeran Muhammad dengan Nyai Rambut Kasih. Saat terjadinya pertempuran itu, Nyai Rambut Kasih terdesak dan hampir mengalami kekalahan.

Hingga akhirnya, karena tak rela buah maja yang menjadi simbol kerajaan tersebut sang ratupun akhirnya menghilangkan diri bersama buah majanya.

Saat melihat kondisi tersebut, prajurit Pangeran Muhammad yang berasal dari Cirebon, berkata, "Maja Langka", yang dalam bahasa Indonesia langka artinya tidak ada atau menghilang.

Diduga karena pelafalan yang sulit, sehingga orang Sunda, menyebutnya Maja Lengka (Majalengka). Hingga akhirnya Kabupaten Majalengka tidak lepas dari kisah tersebut. Maja Langka menjadi Majalengka, begitu menurut cerita rakyat yang keluar dari mulut ke mulut secara turun - temurun.

Mengenai bukti keberadaan Nyai Rambut Kasih, selain berada di Gedung Pendopo Kabupaten Majalengka dengan kamar khususnya.

Konon pegawai pembak Majalengka kerap kali menyaksikan penampakan seorang wanita berambut panjang terurai mengenakan gaun wanita bangsawan jaman dulu. Diyakini betul bila itulah sosok Nyai Rambut Kasih.

Selain Gedung Pendopo, Petilasan Nyai Rambut Kasih yang kerap dikunjungi masyarakat, terletak di Kampung Parakan, Kelurahan Sindang Kasih, Kabupaten Majalengka.

• Baca Juga Kisah Sejarah Petilasan Nyai Rambut Kasih Yang Terletak Di Kampung Parakan, Kelurahan Sindang Kasih, Kabupaten Majalengka.

Selain Sindang Kasih, tempat persinggahan Nyai Rambut Kasih lainnya terdapat di Dusun Banjaran Hilir, Kecamatan Banjaran, Majalengka. Lokasinya berada di tanah milik seorang juru kunci yang diamanahi secara turun - temurun. Masyarakat Dusun Banjaran Hilir dan sekitarnya, sampai sekarang masih mempercayai akan kehadiran sosok Nyai Rambut Kasih di tempat itu.

Bila ada warga yang hendak menggelar pesta pernikahan atau khitanan, sudah menjadi keharusan untuk terlebih dulu melakukan ziarah dan berkirim doa kepada Nyai Rambut Kasih.

Didalam pesta harus digelar pula hiburan Jaipongan, maka sinden harus menembangkan tembang Sunda kesukaan Nyai Rambut Kasih seperti Kembang Beureum, Salisih, dan Engko. Konon, bila sinden tidak menembangkan lagu itu, maka akan ada keluarga yang punya hajat akan kesurupan.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Horor Kejadian Suster Gepeng di Rumah Sakit Soetomo di Daerah Surabaya

Mengungkap Sebuah Misteri Yang Menjadi Perbincangan Pantai Garut Selatan

Kisah Nyata Yang Berasumsi Main Dukun/Ilmu Hitam